Bekerja sambil kuliah memanglah berat. Namun, bilamana keadaan mendesak, semua bisa berubah. Bisa, karena faktor ekonomi.
Ichwanul Toat, adalah salah seorang diantaranya. Lelaki kelahiran Blitar 1979 ini, lebih memilih hijrah dari pulau jawa ke Samarinda dengan alasan studi tahun 1999.
Nah, karena tak memiliki dana yang cukup untuk membiayai studinya, ia lebih memilih bekerja daripada meminta bantuan pada orang tuanya. “Sejak dini kita memang harus mandiri” ucap Toat ketika media ini mengunjunginya disela-sela kesibukannya, Minggu (6/7), Sekitar pukul 10:00 WITA.
![]() |
Toat (kiri) dan karyawannya sedang bekerja (dok. pribadi) |
Di hari libur, Toat malah memilih menghabiskan jamnya di pasar segiri. “Saya sering bermain ditempat Pak Alamsyah, pengusaha telur di sana” kenangnya.
Selang beberapa lama kemudian, ia mendapatkan tawaran dari Pak Alamsyah sebagai karyawan. Ialah bekerja sebagai pengantar telur ke warung-warung masakan daerah Samarinda pada 2004 lalu.
Setelah berjalan cukup lama, beberapa pelanggangnya menjelaskan pada Toat, ternyata mereka kesulitan untuk mencari bahan baku seperti hati ayam. Melihat peluang tersebut, Toat tak hanya mengantar telur. Tetapi ia juga memenuhi keluhan pelanggangnya.
Toat menjelaskan, Pak Ahmad, salah satu diantara pelanggangnya merasa puas dengan ketulusan dan kerja kerasnya. “Namun, Pak Ahmad menyarakan agar tak lagi membeli ayam di pasar. Banyak yang tak higenis” ujarnya.
“Waktu itu, Saya disuruh buat pemotongan ayam sendiri olehnya (Pak Ahmad),” tambahnya.
Merasa memiliki modal yang cukup, ia tak langsung memenuhi saran dari pelanggangnya itu. Toat lebih memilih menikah.Padahal ia masih berstatus mahasiswa atau masa skripsi pada 2005.
Tahun 2006, akhirnya Toat berhenti dari usaha sebelumnya, kemudian menyewah tempat strategis di kelurahan Mugi Mulyo untuk memenuhi saran dari pak Ahmad. “Barangkali keberhakan sunnah Rasul, sebab Allah memberikan lahan untuk memulai usaha ini” ucapnya.
Meski punya tempat, Toat mengaku sangat kesulitan mencari stok. “ Banyak Saingan. Apalagi yang sudah senior” katanya.
Namun, ia masih tetap tegar dan berusaha. Akhirnya, ia melirik Balikpapan, Banjarmasin dan Surabaya sebagai tempat pengambilan stok utamanya.
Tahun 2007, Suami dari Diriyanti ini memutuskan untuk membeli alat pemotongan ayam seharga Rp 4 Juta lebih. Dari memotong 30 ayam sepekan, kini lebih mudah. Bahkan sehari bisa memotong sampai ratusan ayam.
Sebelum memiliki mitra yang banyak, ia mengaku pernah melakukan sistem dor to dor memakai gerobak. “Kalau tak habis, ya terpaksa jual dengan harga asli bahkan lebih murah” tuturnya sembari menjelaskan pentingnya ayam bila higenis.
Menjadi pengusaha mudah adalah impiannya. Sehingga, sebelum terbentuk bisnisnya itu, pada 17 September 2004 atau tepat hari jadinya, ia menulis impian besarnya disebuah kertas, yang tertulis kelak harus memiliki usaha distributor segala macam telur, ayam potong, ayam kampung, daging sapi dan lain sebagainya.
“Alhamdulillah sekarang sudah punya salah satu pusat pemotongan ayam. Insya Allah tetap fokus kesitu” Ucapnya.
Saat ini, usaha yang dinamai CV Ikhwan Group itu beroperasi pukul 03:00 WITA sampai dengan pukul 09:00 WITA dengan jumlah pemotongan ayam 100 hingga 250. Namun, selama Ramadan, usaha tersebut beroperasi setelah sholat subuh hingga menjelang berbuka.
Ramadan tahun lalu menurutnya, omzet dari usaha tersebut meningkat drastis bahkan mencapai 100 persen dari keuntungan dihari biasa. Dari pendapan rata-rata Rp 17 Juta per hari atau Rp 500 Juta lebih sebulan, menjadi Rp 50 juta. “Biasanya H-2 baru banyak pesanan,” ujarnya.
Ia menambahkan, Ramadan lalu, usahaya itu berhasil memotong ayam hingga 1500 perdua hari. Untuk tahun ini, ia menargetkan 2000 potongan perdua hari.
Meski usahanya tergolong besar, Toat hanya memiliki 6 karyawan. Diantara karyawannya itu, terdapat 3 mahasiswa. Menurutnya, mereka (mahasiswa-red) tak perlu terlalu serius bekerja, asal kuliahnya serius. Rupanya, ia sangat mendukung pendidikan karyawannya. “Sambil nyelam, sambil minum air dong” tuturnya.
Oky Yunan, salah satu pekerjanya, yang telah bergabung sejak 2012 lalu mengatakan, sangat beruntung dirinya bisa bekerja dengan Toat, karena bisa membantu biaya kuliahnya.
“Sangat beruntung karena urusan pendidikan lebih diprioritaskan” tuturnya.
Jumardi Salam
Samarinda, 12 Juli 2014