Jumardi Salam Road to Kaltim Post Journalist Hunt

Ada berita menarik, yang menjadi perhatian saya. Bermula dari rekan yang menawarkan profesi yang menantang, di sebuah forum jejaring sosial. Ya, itulah profesi wartawan yang ditawarkan oleh Kaltim Post Journalist Hunt (KPJ-HUNT). Saya tak terlalu meresponnya dengan bijak, namun sebenarnya minat itu telah lama saya idam-idamkan.

Awal tahun 2012 lalu, di kampus saya ingin menjadi bagian profesi tersebut dalam Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik. Namun, karena banyak problem akhirnya belum dapat bergabung.

Setahun kemudian pun sama. Saya masih belum bisa bergabung di UKM yang biasa mereka singkat Ujur itu dengan alasan yang sama. Tetapi ya bukan berarti hal demikian meruntuhkan semangat menulis saya.

Informasi tersebut terdapat pula pada koran yang berkaitan (Kaltim Post-red). Saya baca dan mengamati, apa saja persyaratannya dan yang dibutuhkan.

Pada hari jum’at, 16 Mei kemarin, saya akhirnya memutuskan untuk bergabung dalam programnya dekat ini. Ialah Latihan Jurnalistik Kaltim Post yang disingkat LJKP. Latihan ini bukanlah aroma baru, melainkan sudah menjadi program setiap tahunnya untuk mencetak wartawan unggul.

Khusus tahun ini, LJKP yang telah memasuki seri yang ke 15, memberikan warna berbeda. Adalah, perekrutannya yang tak hanya difokuskan untuk Balikpapan dan Samarinda saja. Namun Kutai kartanegara, Bontang, Tarakan, dan berbagai wilayah di Kaltim pun boleh berkontribusi.

Tak hanya profesi wartawan, juga fotografer, atau tenaga advertorial (media cetak), serta presenter dan editor (media elektronik) juga dapat menjadi salah satu pilihan bagi siapa saja yang berminat di dunia pers. “Pelamar maksimal berusia 25 tahun” katanya lagi di dalam iklan.

Ketika form pendaftaran yang telah saya proleh dari panitia via email itu saya isi, ketika itu pula jantung saya berdebar. Hati berbisik, bisakah saya berkontribusi kemudian kelak mendapatkan id card sebagai wartawan?

Saat mengumpulkan bahan yang menjadi persyaratan seperti kartu identitas, foto pribadi dan form pendaftaran tadi saya kirim, saya cek lagi form tersebut dan saya menemukan ada kesalahan dalam penulisan tanggal (typo). Harusnya 16 mei, malah saya tulis menjadi 15 mei. Meski tak terlalu berpengaruh namun bagi saya tetap menjadi buah pikiran. Akhirnya, berkas yang saya kirim  lebih dari 1 kali. Duh, apakah pengaruh dari jantung berdebar tadi ya? Entahlah.

Selesai? Ternyata belum. Masih ada persyaratan yang belum lengkap saya penuhi, yaitu terkait tulisan berita dari hasil karya sendiri. Nah, mengapa ketika pendaftaran saya tak melampirkan itu? Panitia LJKP sebelumnya berucap begini di email: “Untuk syarat karya tulis dan foto bisa menyusul ketika pengambilan id card nantinya”.

Sejak saya kirim form pendaftaran itu, sampai menulis ini belum pula saya mendapatkan balasan. Sangking penasarannya, sekitar jam 14:30 WITA tadi, saya mengunjungi kantornya. Sampai disana, saya lapor dulu ke satpamnya. Maklum, khawatir ada hal yang tidak diinginkan.

“Pak, mau nanya-nanya tentang LJKP nih” demikian saya membuka percakapan. “Wah, kantor udah tutup. Kalau mau kesini, hari senin” jawabnya, “Kalau sabtu tutupnya sampai jam 1 aja”. Perjalan dari rumah memang cukup jauh. Namun setidaknya saya sedikit mendapatkan informasi.
Semoga hari esok lebih baik.

Jumardi Salam
Samarinda, 17 Mei 2014