OUTBOUND YANG NGADUK-NGADUK EMOSI

Hari ini saya mengunjungi pondok pesantren Darussa’aadah. Lokasinya lumayan jauh dari jangkauan kota. Kelurahan Mugirejo namanya. Disini sejuk. Maklum, lokasinya dikelilingi pepohonan. Bagian pegunungan pula. Duh, mengingatkan kampung halaman saja.

Tujuan saya kesini adalah membantu rekan-rekan kampus, yang tergabung dalam organisasi Lembaga Dakwah Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Ldk Fisip) Universitas Mulawarman, untuk mensukseskan agenda Diskusi dan Pelatihan Organisasi Islam (Diplomasi) bagi para pejuang dakwah. Karena tak bisa full time dari pagi, saya tiba sekitar pukul 11:45 WITA.

Mula-mula peserta diberikan sentuhan materi. Namun tentu saja berkaitan dengan tema. Sekitar pukul 13:30 WITA, agenda yang digarap yaitu Outbound.

Dalam agenda ini, saya tak lagi jadi panitia. Tetapi nimbrung  menjadi peserta. Alasannya, “Jum kan jarang ya ikut beginian. Nah, jadi peserta saja ya”. Peserta? Ah, terima sajalah.

Peserta yang ikut berpartisipasi dalam agenda outbound ini, berjumlah 21. Peserta dari laki-laki ada 13 orang, dan perempuannya berjumlah 8 orang. Sebut saja tim dari laki-laki ini adalah Ikhwan Group, dan tim dari perempuan bernama Akhwan Zone.

Kami dibimbing oleh seorang trainer. Pak Hari namanya. Mula-mula kekreatifitas kami dilatih. Permainan tersebut adalah latihan membuat kertas berdiri tanpa bantuan alat.

Didepan kami, Pak Hari mengambil contoh kertasnya. Ia perlihatkan kepada peserta, kemudian diletakkannya dimeja. “Boleh dilihat, tak boleh dipegang. Apalagi dibolak-balik” katanya. Secara bergantian, kami pun bergantian melihatnya.

“Aduh susah nih” celetuk salah satu peserta. Meskipun sulit, ternyata Akhwat Zone yang berhasil mencuri poin duluan. Bahkan ketika permainan ini selesai, Ikhwan Group belum bisa pula membuatnya. “Duh, tak apalah. Masih ada kesempatan selanjutnya” ujar salah satu dari tim Ikhwan Group.

Setelah selesai, kami kami pun menuju ke lokasi yang tak jauh dari acara. Kami pun dibariskan. Lalu Pak Hari berkata: “Bilamana ada tim yang ganjil, salah seorang harus siap membaca puisi di depan para perserta”. Nah, jikalau berbicara ganjil, tentu saja Ikhwan Group yang menjadi sasaran.

Perasaan saya tak tenang. Bilamana saya tak memilih bergabung menjadi peserta, tampaknya hal ini imbang saja. Bukan Ikhwan Group yang jadi target hiburan. Akhirnya, meskipun tidak dikomandoi, saya pun memberanikan diri untuk menerima hukuman itu. Tanpa persiapan, kira-kira puisi yang saya baca begini:

Hai gadis. Siapa yang menganggap
Dikau perempuan yang yang tak setia
Dakulah pertama kali marah
Karena itu tak sesuai realita

Hai gadis. Siapa yang bilang
Dikau perempuan yang sombong
Daku pula pertama kali marah
Karena dikau bukan gadis seperti itu

Namun, bila ada yang menganggap
Dikau gadis matre
Aku tak bisa mengelak
Karena itulah kau sebenarnya


Setelah saya baca, Pak Hari berkata kepada para peserta: “Lihat, awalnya ia tak percaya kan?. Tetapi setelah dijalaninya, ia pun bisa. Nah, setelah ini kita akan latihan uji mental ya”.

Dalam permainan yang menantang ini, masing-masing tim diperintahkan untuk membuat dua barisan. Setelah itu, barisan pertama dan kedua saling berhadapan dan melipat tangannya untuk membuat pagar pertahanan. Setelah itu, salah satu dari tim harus menaiki sebuah pohon yang tumbang secara bergantian. Kemudian, yang menaiki pohon itu berbalik badan dan merebahkan diri.

Semua terkaget-kaget. Pikiranpun bercampur aduk. Ada rasa takut, ada pula rasa tak percaya diri. Namun, dorongan motivasi dari Pak Hari memecahkan suasana. Kami akhirnya memberanikan diri untuk melakukannya.

Berhasil? Tentu saja. Semua peserta pun mencobanya. Meskipun, hal itu sangat mengaduk-ngaduk emosi. Bahkan teman yang mengatakan tidak bisa pun berhasil. Amazing. Permainan bagus.

Setelah selesai, kami diperintahkan untuk duduk dan melingkar. “Masing-masing tim membuat yel-yel ya,” kata Pak Hari, “Tetapi harus ada kata Ldk Fisip jaya dan Mugirejo di dalamnya. Ok!”.

Ikhwan Group mencoba membuat sebuah yel-yel menarik. Pokoknya beda dan unik. Pada intinya sih harus lebih kreatif dari Akhwat Zone.

Apakah yang terjadi? Duh, lagi-lagi kami kalah. “Tim Ikhwan Group menarik. Namun karena kekurangan syarat di dalam yel-yelnya,  Akhwat Zone yang menang karena mereka memenuhi syarat” kira-kira begitu kata Pak Hari.

Permainan selanjutnya adalah latihan kesabaran dengan bantuan 3 pipa besar yang sengaja dibelah, dan juga 4 kelereng. Masing-masing tim harus bekerja sama menggiring kelereng yang memakai pipa tadi ke lokasi yang telah ditunjukkan sebelum dimulainya permainan, tanpa menjatuhkan kelereng tersebut.

Permainan ini benar-benar menguji kesabaran dan kerjasama. Pertama kali mencobanya, kami gagal total. Namun untuk yang kedua kalinya, ternyata bisa juga ditasi. Hanya butuh cara kreatif dan kerjasama yang baik.

Lalu siapa pemenangnya? Kali ini tim dari Ikhwan Group lah yang menjadi juara. Untuk sementara, Akhwat Zone masih unggul dengan skor 2-1.

Permainan terakhir adalah latihan ketelitian. Khusus permainan ini, Pak Hari tidak memberikan skor kepada setiap tim karena menyangkut hal individu. Himbauan Pak Hari, “Silahkan lihat dulu mana objek yang akan menjadi sasaran. Jika sudah benar-benar dipahami, saya akan memberikan tutupan mata. Kemudian, kalian berjalan ya menuju objek tersebut dengan mata tertutup”.

Kami pun bertebaran. Namun tetap tertib. Nah, karena pohon yang mendomisili lokasi, rata-rata para peserta menjadikannya sebagai objek. Termasuk saya.

Permainan ini cukup menantang juga. Tetapi para peserta tampak tak merasa kesusahan. Hanya rekan yang bernama Zulfikar saja yang benar-benar kereponan. Ia mutar-mutar tanpa arah. Jauh pula dari target. Bilamana tak diarahkan, bisa saja dia nyasar. Hahaha.

“Agenda kita pending dulu karena azan telah memanggil, ataukah kita teruskan saja. Setelah usai, barulah kita sholat. Bagaimana?” kata Pak Hari pada peserta. Salah satu dari kami berkata: “Sholat dululah Pak. Kan gak bagus ya sholat itu ditunda-tunda”. Semua mengangguk terlihat menyetujui. Pak Hari pun berucap kembali: “Ya sudah. Habis sholat, kita lanjut lagi. Ingat ya, 30 menit kemudian harus baik lagi kesini. Bilamana dari salah satu tim dari kalian datang kesini duluan, saya akan memberikan poin pada tim tersebut.
Siapa lagikah pemenangnya? Ikhwan Group kembali menjadi juara. Skor sekarang 2-2. 

Setelah permainan ini berakhir, kami kembali ketempat acara sebelumnya. Kemudian, para peserta diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapat tentang manfaat apa saja yang diperoleh dari permainan tadi. Dari berbagai pendapat teman-teman, muncullah kesimpulan. Sederhananya begini:

Sebuah organisasi tak akan berhasil bilamana tak ada tujuan yang jelas, tak ada kerjasama, dan pengarahan. Organisasi itu pun tak bisa berkembang jika tak ada cara kreatif untuk menjalankan program kerja.

Nah, untuk mewujudkan visi dan misi, baik organisasi maupun individu itu sendiri, tentu saja membutuhkan sebuah kekreatifitas, kerjasama, kesabaran, ketelitian dan bimbingan. Namun, hal ini akan menjadi berantakan pula bila tak ada peran agama yang mendukung.

Jumardi Salam
Ssamarinda, 19 Maret 2014