Satu hari ada 2 mata
kuliah untuk Ujian Pertengahan Semester (UTS) yang akan kami hadapai. Masing
masing memiliki durasi 1 jam lewat 30 menit. Khusus di kelas kami, jadwalnya
jam 11 pagi. Scheadule yang bagus
karena untuk menghadapi ujian seperti itu, tentu saja membutuhkan persiapan
yang lebih matang.
Menjelang UTS, saya di
kontak oleh rekan kelas: “Aduh, bagaimana ini. kartu ujian saya ketinggalan di Loa
Duri. Sekarang saya di Samarinda. Ada solusi?” ujarnya melalui pesan instan blackberry messenger (bbm). “Sebelum masuk nanti, dikau ke Dekanat bagian
prodi saja. Semoga dapat membantu” kata saya. ia pun mengiyakan perkataan saya,
tapi entahlah apakah diperaktekkan ataukah tidak, yang jelas sudah saya arahkan.
Hari perdana ujian, sekitar
pukul 10:35 WITA, saya tiba di kampus dengan bekal pembelajaran yang cukup. Lumayanlah,
sebelum dimulai masih ada kesempatan untuk membaca beberapa referensi.
Waktu ujian telah tiba,
namun tak ada bel berbunyi. Untuk mengetahuinya, cukup memperhatikan sekitar
saja apakah pengawasnya sudah datang ataukah belum. Setelah kami memposisikan
diri masing-masing di dalam kelas, pengawas pun melakukan tugas utamanya yaitu menyebarkan
kertas soal, kertas folio dengan stempel fakultas, dan membagikan kertas secara
bergantian yang nantinya akan ditandatangani oleh mahasiswa.
Ketika saya membaca
soalnya, seketika itu saya dibuat bingung. Salah satu rekan dengan pemikiran
yang sama nyeletuk: “Pak, tampaknya ada masalah pada soalnya. Bisa dilihat
bagian paling bawah. Masa disana dikatakan, silahkan menggunakan rumus untuk
menjawab soal diatas dengan menggunakan rumus berikut ini. nah yang jadi masalah,
rumusnya tidak ada”. Pengawas ikut bingung. Ia lantas memanggil ketua kelas
atau biasa kami sapa Kating, untuk menghubungi Dosen yang terkait.
Sekitar 5 menit
percakapan kating dengan dosen yang terkait, melalui telepon, ia lantas kembali
dan berkata pada kami: “Soal ujiannya memang seperti itu. Tapi jangan khawatir,
ini open book kok”. Suara riuh
kembali padam. Kami legah, tinggal bagaimana cara kami menggunakan rumus yang
dimaksud.
Setelah ujian pertama selesai,
kami istirahat kisaran 15 menit dan kembali lagi ke kelas untuk melanjutkan
ujian selanjutnya. Nah, untuk mata kuliah ini tampaknya tak ada yang patut dipermasalahkan
karena soal ujiannya sudah kami anggap jelas.
Senin, 06 Januari 2013,
tantangan hari kedua pun tiba. Untuk mata kuliah ketiga, kami hanyalah
mengumpulkan tugas yang telah di diberitahukan sebelum hari H. Jadi, kami tak
perlu ujian untuk mata kuliah ini. legah? Tampaknya tidak. Pengawas yang
bertugas mengumpulkan hasil karya kami orangnya berbeda dari sebelumnya. Walaupun
seorang wanita, tetapi ia sangat tegas dan disiplin, apalagi suaranya yang
nyaring. Aduh, ampun Mak.
Sebelum mengumpulkan hasil
karya kami padanya, ia menginstruksikan bahwa, semua kartu ujian diserahkan di meja
dan hanya boleh masuk ke kelas ketika
nama kami dipanggil. Selang beberapa saat kemudian, pengawas itu pun kelelahan.
Barangkali suaranya sudah berubah jadi serak-serak basah karena kerepotan memanggil
nama kami satu persatu. Akhirnya kami pun disuruh juga masuk bebarengan.
Hahaha. tampaknya ini lebih menguntungkan untuk semua. Ujian ke tiga berakhir
dengan rapi. Setelah selesai, seperti biasa kami pun istriahat sejenak dan kemudian
lanjut lagi untuk ujian terakhir untuk
hari ini.
Memasuki ujian ke empat,
kami satu kelas dilanda lagi yang namanya bingung. Mengapa pertayaan di lembar
soal ini tak sesuai dengan kisi-kisi kemarin?
Kating bergerak lagi.
Ia lalu menghubungi Dosen yang berkaitan. setelah selesai, ia lantas bergumam
pada kami semua: “Untuk ujian kali ini, soal yang ada ditangan kalian tak perlu
diperhatikan, abaikan saja. Silahkan kerjakan sesuai soal yang telah diberikan
oleh Dosennya kemarin”. Syukurlah, kami legah atas pemaparannya. Untuk ujian
yang ke lima dan ke enam tak ada yang perlu dipersoalkan. Maklum, soal ujiannya
sangat jelas seperti ujian yang kedua pada hari pertama.
Hari terakhir ujian,
tepatnya hari rabu, 08 Januari 2013, dapat dikatakan hari berbahagia. “Senang
banget, karena dapat pulang kampung lebih awal” begitulah salah satu alasan
kami, tak perduli apakah ada masalah atau tidak selama ujian berlangsung yang
akan berlangsung nanti. Barangkali hati kami terlalu berbunga-bunga karena
sebentar lagi tantangan berakhir.
Memang, setiap kisah
acapkali di akhiri dengan happy ending,
meskipun kita tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan untuk kisah tersebut berakhir
dengan indah, manis, mulus ataukah tidak.
Yang perlu kita perhatikan
dan lakukan adalah mempersiapkan diri jangan sampai hal-hal yang tidak kita
inginkan terjadi. Meskipun terlanjur, berdoalah pada Allah. Mintalah kekuatan
untuk dapat menyelesaikannya. Sesungguhnya kemudahan itu datang melalui doa
suci kita kepada sang Pencipta.
Jumardi
Salam
Samarinda,
08 Januari 2013