Pernah dalam suatu kesempatan, saya memperbaharui status di fesbuk tentang: “Helm yang tertukar”. Maksudnya, helm perdana yang menjadi kebanggaan saya waktu itu telah ditukar. Beruntung, warnanya masih merah. Hanya saja lebih tidak terawat.
Baru-baru ini, helm tertukar itu tak lagi ditukar. Tapi betul-betul lenyap, Senin (24/11) lalu sekitar pukul 18:25 Wita di halaman kampus berfakultas Fisip, Beralmamater Universitas Mulawarman. Saya mengamati sekitar kejadian, ternyata ada tiga motor yang tak ada helmnya termasuk milik saya. Apakah semua lenyap? Entahlah.
Kampus ini begitu bagus. Rekan-rekan bisa mengamatinya ketika bermain di kampus orange ini. Infrastruktur terlihat jelas pembangunannya. Sampai-sampai, pernah suatu ketika, dikelas saya pernah bersuara sangat bising. Itulah bukti kalau tukang sedang bekerja.
Meskipun demikian, saya sangat mengeluhkan keamanan dikampus ini. Nyaris serupa dengan polisi tidur. Kalau bahasa kasarnya: “Buat apa ada satpam?”. Barangkali, rekan-rekan yang pernah jadi korban akan mengatakan hal yang sama.
Apakah parkiran disini harus berbayar sehingga keamanannya terjaga? Saya rasa itu juga tak menjamin. Saya mengamati beberapa tempat parkir yang berbayar, ada yang menulis kira-kira begini: “Disini sering terjadi kehilangan. Awasilah helm atau barang-barang Anda”. Itu masuk akal. Pengendara memang perlu menjaganya.
Nah, kalau demikian berarti tidak perlu bayar dong. Kalaupun alasannya agar kendaraan rapi, itu juga kurang masuk akal. Saya yakin. Pengendara cukup dewasa menyikapi hal-hal seperti ini. Makanya saya bingung: Juru parkir itu tugasnya merapikan kendaraan saja dan menjaga keamanannya karena dibayar ataukah hanya memfasilitasi tempat dan merapikannya?
Kembali lagi membahas kampus. Sepertinya, kampus nomor satu di Kaltim ini perlu menambahkan CCTV di sudut-sudut tempat kejadian perkara. Bukan hanya diruang tamu pejabat atau ruang-ruangan lainnya. Ini sangat bermanfaat. Ditambah keamanan 24 jam (misalnya), maka tentu kejadian aneh-aneh bisa diminimalisir.
Sebagai contoh, silahkan baca artikel berikut yang dikutip dari media Kaltim Post, Selasa, 10 Juni 2014 :
Masalah Cinta, Gedung Kuliah Dicoret-coret
SAMARINDA - Civitas Program Studi Ilmu Komunikasi (Ilkom), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Mulawarman (Unmul), kaget bukan kepalang. Hari pertama pembukaan pekan, Senin (9/6) pagi, para dosen, staf, hingga mahasiswa, dikejutkan gedung kuliah yang menjadi sasaran vandalisme.
Hampir di sekujur kampus bercat putih dicoret-coret cat semprot merah. Semua tulisan berisi nama seorang mahasiswi Ilkom angkatan 2011 bernama Rully Enesty (21). Kalimat yang terpampang yakni, “I love you, Rully Enesty.” Aksi nekat yang menggelikan di dunia percintaan, namun tak patut ditiru.
Kejadian ini adalah kali kedua di kampus Gunung Kelua itu. Menurut sumber Kaltim Post di lingkungan kampus, Jumat, 9 Mei lalu, gedung juga dicoret-coret. Namun, tak sebesar kemarin. Pada Mei lalu, kampus cat yang digunakan berwarna hijau sehingga tak terlampau tampak. Isinya sama, seperti ungkapan hati Arjuna yang patah hati.
Siapa sang Arjuna itu? Dugaan mengarah kepada Christa Darwin, mantan kekasih Enes --sapaan Rully Enesty. Kabar yang beredar di kalangan mahasiswa, Christa tak terima hubungan kasih dengan Enes berakhir. Hal itu dikuatkan dari beberapa komentar bernada galau yang diunggah Christa di media sosial.
“Bersekutu dengan raja iblis pun aku lakukan untuk membuat hatinya kembali. Saatnya bertindak untuk merebut hati yang lari agar mengusir sepi. Pasti bisa,” tulisnya pada 30 April silam.
Christa adalah mahasiswa Ilkom angkatan 2006. Dia di-drop out pada 2010 silam. Christa bertemu Enes ketika masuk organisasi kemahasiswaan yang sama.
Adapun Christa, membantah tuduhan yang menjadi buah bibir di Unmul itu. Dihubungi malam tadi, dia mengaku sedang di Berau.
“Saya baru dapat informasi dari teman-teman kampus. Saya kaget diberi tahu coret-coret itu,” katanya. “Mungkin ada orang yang mencoba menjelekkan nama saya. Saya akan cari,” sambungnya. Meski begitu, Christa mengakui hubungannya dengan Enes sedang dilanda konflik sehingga hubungan tidak berlanjut.
Sementara kepada Kaltim Post, Enes mengakui subjek coret-coret itu adalah namanya.
LAPOR POLISI
Pada kejadian pertama, bulan lalu, otoritas kampus tidak melaporkan kepada pihak berwajib. Kala itu, hanya gedung Program Studi Ilkom yang dicoret dan Enes bersedia mengecat ulang. Bersama teman-temannya, dia menghapus tulisan.
Namun kali ini, coretan menjalar hingga ke gedung utama FISIP. Langkah tegas diambil Dekan FISIP Prof Adam Idris. Meskipun sedang di Makassar, Adam mengaku telah mengetahui kejadian ini.
“Ini fasilitas negara, kok, dicoret-coret seperti itu?” kesalnya. Adam berencana melaporkan kejadian kepada kepolisian. Kekesalannya bertambah ketika mendapat kabar pelaku diduga mahasiswa yang di-drop out dari kampus. Kejadian ini pun bukan yang pertama di kampus tertua kedua di Unmul ini.
“Kalau saja pelakunya mahasiswa, mungkin ada toleransi. Ini sama saja perbuatan kriminal,” terang dia. Adam menegaskan, sudah meminta Pembantu Dekan II Margono melaporkan kejadian ini.
Sementara menurut Kasubag Humas Polresta Samarinda, Iptu Agus Setyo, perbuatan vandalisme masuk ranah pidana. Pelaku merusak fasilitas umum,” tegas Agus. Pelaku bisa dijerat Pasal 406 ayat 1 KUHP tentang perusakan dan penghancuran benda dengan ancaman hukuman dua tahun delapan bulan.
POSITIF, TAPI…
Aksi vandalisme gara-gara masalah cinta, dalam pandangan psikiater RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda, Jaya Mualimin, merupakan ekspresi amarah. “Di dunia psikiater, jenis pola ekspresi yang ditunjukkan pelaku adalah ekspresi positif,” ujarnya.
Jaya menjelaskan, positif bukan berarti baik. Bentuk ekspresi demikian ditunjukkan secara aktif dan bermacam-macam. Mulai marah berlebihan hingga tindak kekerasan.
Jaya menegaskan, vandalisme belum tentu kelainan kejiwaan. “Kalau tindakan hanya sekali, belum termasuk. Tetapi jika sudah berkali-kali, ada indikasi kelainan kejiwaan,” ucapnya, Lalu melanjutkan, “Harus ada tes untuk memastikannya.” (*/fch/*/akb/*/fer/*/roe/fel/che/k8)
Harusnya, bila keamanan disini terjaga, tentu kondisi seperti ini semestinya dicegah. Apalagi, ada CCTV. Ini juga membuat seseorang menjadi khawatir melakukan sesuatu. Meskipun telah terjadi (misalnya), hal ini membantu polisi menyelidiki siapa pelakunya. Sekian…
Jumardi Salam
Samarinda, 25 November 2014