Udin tak lagi bisa
duduk tenang. Entahlah, gadis pujaannya lebih memilih melanjutkan S2 di
Australia dari pada menerima lamaran darinya.
Semenjak kejadian itu,
hari-hari Udin kini penuh dengan kegalauan yang amat mendalam. Meskipun di tempat
kerjanya, ia kerapkali tampil ceria dan selalu menebar senyum bahagia. Ah, Udin
memang pandai menyembunyikan perasaan hatinya.
Lain di dunia nyata,
lain pula di dunia maya. Setiap kali Udin memperbaharui statusnya di fesbuk, ia
selalu menyelipkan hastag #galau dipenghujung
statusnya. Padahal, sebelum putus dengan Santi, status yang dibuatnya selalu
membahas tentang cinta. Kadang kala tentang inspirasi Islami, dan motivasi meraih
kesuksesan.
Bagi Udin, fesbuk
adalah tempat menuangkan perasaannya yang tersembunyi. Karenanya, nama yang ia
pergunakan bukanlah nama Samsudin Hanafi, digantinya “Hati yang hampa” semenjak
kepergian Santi.
Walaupun namanya
dirubah, tetap saja ia tak kuasa mengganti foto profilnya, yang memakai kameja
putih dan dasi berwarna coklat itu. Ia memang narsis, apalagi kalau berfoto bersama
Mario Teguh, Ari Ginanjar Agustian, Ippo Santoso ataupun motivator-motivator
lainnya. Jangan harap ia akan menghapusnya. Itulah foto kebanggaannya.
Suatu ketika, ia
mendapatkan sebuah permintaan pertemanan dari seorang gadis. Namanya Dona
Prasetya, dari Parepare, Sulawesi Selatan. Usianya pun tak jauh beda
dengannya, yaitu kurang 1 tahun dari usia Udin, 25 tahun.
Di dalam profil mini
Dona, Udin tiba-tiba dibuat kaget dan terkesima. Bukanlah paras cantik yang ada
di foto profilnya bukan pula status single
yang ditulis olehnya. Tetapi, mata Udin yang sipit itu menatap tajam status
pekerjaannya. “PT. MCS (Mencari Cinta Sejati) ?” kata Udin ketika membacanya.
Udin mulai mengawang-ngawang. Ia beranjak dari
depan komputer dan tubuh besarnya pun dibanting ke kasur begitu saja. “Siapa
gerangan yang dimaksud oleh Dona?” Udin
melanjutkan, “tetapi dari mana ia menemukan nama samaranku?. Bukankah dia orang
jauh, sementara aku di Samarinda?”. Hampir 2 menit lamanya Udin memikirkan hal
itu. Hingga kemudian, ia pun mengonfirmasi permintaan pertemanan tersebut. Kini,
mereka pun berteman.
Beberapa saat sesudahnya,
Dona mengirim sebuah pesan pribadi kepada Udin. Dalam pesan tersebut, Ia
menulis...
Setiap kamu memperbaharui status, acapkali aku meneteskan air mata. Maaf. Sebenarnya, tak kuasa kumembacanya, tetapi tetap saja kubaca. Fiksinya indah, mengalir dan mengaduk-ngaduk emosi. Jika diperkenangkan, bolehkah aku mengenalimu lebih dekat?Dona Prasetya
Ah, Udin memang
kebiasaan. Ia selalu saja menatap sesuatu dengan tajam jika menurutnya menarik.
Barangkali inilah yang menjadikan Udin selalu ditemani kaca mata yang besar. Setelah
dibacanya perlahan-lahan, Udin pun membalas pesannya beberapa menit kemudian...
Terima kasih, Dona. Untaian kata yang tersusun rapi tersebut, bukanlah cerita fiksi. Melainkan kisah haru yang telah berlalu padaku. Itulah cinta, terkadang membuat seorang tiba-tiba menjadi penyair yang hebat. Sebenarnya, bukanlah tipikal diriku yang pantai merangkai kata. Namun semua tertuang begitu saja berbekal khayalan yang menghantui pikiran. Ya, karena cinta.Oya, aku punya pertanyaanku, Dona. Dari mana ya kamu mengetahui fesbukku ini?.Salam kenal, Samsudin Hanafi.Hati yang Hampa
Udin bahagia. Baru kali
ini ia mendapatkan respon yang menarik perhatiannya. Apalagi, pesan tersebut
dari seorang gadis yang manis, cantik, menutup aurat pula. Benar-benar gadis
Idamannya seperti pada saat ia menyukai Santi kala itu. Tetapi, Udin berharap kali
ini gadis itu tak sama dengan gadis pujaannya dimasa lalu.
“Ya Allah, apakah ini
sebuah cinta?” Kata Udin, “Jika demikian, berilah pertanda pada Udin, ya Allah bahwasanya
gadis itu dapat kujadikan bidadari surga kelak melalui ikatan yang suci, yaitu sebuah
pernikahan”.
Satu hari, 2 hari,
hingga 6 hari kemudian, Udin belum juga mendapatkan balasan dari Dona. Ia mulai
harap-harap cemas. “Apa yang salah dari pesan yang kukirim padanya ya?”
seketika Udin bertanya-tanya dalam hati.
Ia kembali membuka
profil Dona di halaman fesbuk. Dilihat statusnya, ternyata tak ada perubahan
sejak ia mulai berteman. Tetapi, tak disangkanya, Ia melihat nomor ponsel Dona
tercantum dimenu “tentang”. Hati Udin
kembali berbunga-bunga. “Alhamdulillah, semoga saja nomornya aktif” kata
Udin sambil mencatat nomor ponsel tersebut.
Setelah ia menyimpan
nomor tersebut di kontak ponselnya, dengan nama Dona MCS, ia pun mulai
menelpon. nomor itu aktif. Tetapi yang mengangkat bukanlah Dona...
“Maaf menggangu, ini
Dona ya?”
“Ini Ibunya. Siapa
ini?” balas Ibu tersebut.
“Temannya Bu. Bolehkah
saya berbicara dengannya?” Tanya Udin.
Tiba-tiba hening
sekitar 30 detik lamanya. Udin penasaran, ia pun melepas tangannya yang bermula
menghadap telinga, kini dihadapkannya ke muka. Ia melihat jaringan operatornya
masihlah kuat. “Tetapi, kok tak ada suara ya?” Ujarnya.
“Aa, aanu nak,” seketika
suara itu pelan dan mulai terdengar, “Berat ka’
katakan ini padamu na’. Tetapi biar mi sudah, semoga dapat dijadikan pembelajarang”. Jawab ibu Dona dengan
tutur bahasa Bugisnya.
· Kelebihan ‘g’ pada penghujung kata yang seharusnya tak memakai ‘g’, sering sekali orang bugis melafaskannya. Contoh: makan jadi makang
“Loh memang ada apa?” Udin memotong,
“Ceritakan saja Bu apa yang sebenarnya terjadi”.
“Lima hari yang lalu, Dona
sedang mengantarkang makanang buat Ambo’na di sawah. Tetapi tiba-tiba ia
ditikam na’ eh dengan ular yang besar
di pinggir sawah itu. Akhirnya meninggalmi
kasi’na. ” jawabnya sembari menangis terseduh-seduh.
“Menurut polisi, ia
meninggal karena sambil jalang, ana’ku sambil maing hp. Katanya lagi, ia sedang membaca sebuah cerita yang dibuat
oleh temannya di fesbuk. Karena lalai, ia pun mendahui kami yang seharusnya
duluan menghadap Allah” lanjutnya.
Udin tercengang.
Langsung pula ia menutup telepon tersebut seketika. Ia kembali sedih. Tambah
sedih. Air mata Udin pun keluar membasahi jenggotnya yang tipis itu. Ia tak
menyangka, apa yang dilakukannya, dalam status di akun palsunya, ternyata
membawa malapetaka kepada keluarga Dona.
Tetapi, kesedihan Udin
sirna seketika itu juga. Pesan dari Almahrum Bundanya menguatkan hatinya...
Apa yang kita ingin lakukan kelak, memanglah sebuah perencanaan yang sengaja kita buat. Tetapi percayalah nak, hidup itu berada dalam genggaman sang Pencipta. Ialah Allah, Tuhan kita. Itulah skenario Tuhan. Jadi, apapun yang terjadi kita ambil hikmahnya saja meskipun tak sesuai dengan perencanaan semula kita buat.
Udin kembali
menghampiri komputernya dan membuka fesbuk untuk kesekian kali. Tetapi,
tujuannya bukanlah memperbaharui status, mengganti nama, bukan pula mencari
pengganti Dona. Tetapi, ia memilih menutup akunnya itu dan membuat akun baru
dengan nama, “Samsudin sang motivator”.
Sesui namanya, ia akan
mempergunakan akun baru tersebut sebaik-baiknya untuk kebaikan sesama. Ia tak
memikirkan lagi tentang cinta, karena ia masih percaya bahwa Jodoh itu berada
ditangan Tuhan.
Jumardi
Salam
Samarinda,
19 Januari 2014